Berikut ini cerita dari salah satu pejuang tangguh di jaringan saya, Dini Rianti. Simak yuk…
Jika membaca pengalaman bekerja mbak Nurina Miriam yang dahulu bekerja kantoran, kemudian mulai galau karena berhenti bekerja, bergantung pada suami dan seterusnya, membuat saya mulai berkaca pada pengalaman bekerja saya.
Saya mulai ingin suatu perubahan, dan itu semua harus saya mulai dari diri saya sendiri. Lama saya merenung… berpikir keras…
Saya coba untuk berbagi bersama teman semua, ini cerita saya:
Pengalaman berkantor di gedung-gedung tinggi di Jakarta maupun kantor dengan konsep rumah tinggal, rumah kantor (rukan) sudah saya alami sejak tahun 1990. Saya menjalankan pekerjaan saya dengan suka-cita, bangga menjadi wanita karir yang bekerja di ibukota Jakarta. Masalah kemacetan sudah menjadi hal biasa bagi saya, demikian juga bekerja lembur, capek dikejar deadline, dimarahi atasan. Ah itu mah biasa.
Kemudian saya dan suami memutuskan untuk membuka usaha sendiri yang bergerak di bidang arsitektur dan interior karena background kuliah saya dan suami memang di bidang tersebut, kami sama-sama “tukang” insinyur.
Seiring berjalannya waktu, tepatnya setelah kelahiran anak kedua di tahun 2009, saya mulai berpikir, bahwa bisnis konvensional yang kami geluti butuh effort yang sangat banyak, baik tempat, tenaga, pikiran, waktu dan tentu saja biaya yang tidak sedikit.
Lalu jadi timbul pertanyaan di benak saya:
Apakah saya nanti masih tetap dapat dan sanggup bekerja di proyek terus-menerus mengingat usia tidak lagi muda dan tenaga tidak seenergik dulu?
Apakah si kecil harus saya tinggal-tinggal lagi (dulu kakaknya) untuk bekerja di proyek?
Apakah kesehatan saya akan terus prima? InsyaAllah.
Jadi…
Saya harus pikirkan tabungan masa depan/masa pensiun saya.
Saya harus pikirkan biaya pendidikan/sekolah anak-anakku.
Saya harus pikirkan ibadah haji/umroh untuk saya sekeluarga.
Saya harus pikirkan…… pikirkan…… pikirkan…. lha kok banyak ya?
Tak lama kemudian saat sedang browsing di internet, saya membaca iklan yang memberikan solusi dari semua yang Saya Harus Pikirkan tadi. Dan setelah bergabung dengan bisnis tersebut, ternyata semua yang saya butuhkan ada di sini, di bisnis Oriflame online bersama dBCN yang sedang saya jalani sekarang ini.
Saat ini saya Alhamdulillah sudah berada di level Manager 15% dan sudah menikmati bonus perbulannya, walau nilainya masih belum sebesar bonus dari bisnis konvensional saya, tetapi ini bukti kejelasan dari bisnis Oriflame – dBCN.
Saya merasa terlambat baru memulai bisnis ini, dalam arti kenapa kok nggak dari dulu saja saya memulai bisnis yang menyenangkan ini.
Tapi tidak apa-apa, lebih baik terlambat tetapi sudah berada di dalam bisnis ini, daripada dari dulu sudah gabung di bisnis ini tetapi belum melakukan action apa-apa.
Mau Berbisnis Seperti Tukang Insinyur Dini Rianti?
Isi Formulir di Bawah Ini Sekarang Yuk..