Jumat pagi itu karena sedang libur sekolah, anak–anak menghabiskan waktu bermain di rumah. Main tembak-tembakan dengan pistol-pistolan Nerf kesayangan, main PS, kejar-kejaran. Semuanya deh. Seruu dan berisik, hihi, tapi yaa sudahlah namanya juga anak-anak.
Menjelang siang, saya bergegas mengingatkan mereka untuk bersiap sholat Jumat di mesjid bersama Papanya. Mandi, dan berpakaian lengkap dengan sarung dan peci.
Sambil menunggu sang Papa bersiap-siap, mereka pun bermain (lagi). Ga tau apa yang mereka lakukan, tiba-tiba… praaaannggg… ada bunyi pecah di ruang tamu.
Segera saya keluar kamar dan mendapati Adan berdiri mematung, sedangkan adiknya (Aan) sedang duduk di kursi tamu.
Dengan hati-hati Adan menjelaskan kenapa sampai pajangan di dinding ruang tamu itu pecah, sementara saya dan Papanya hanya mendengarkan.
Setelah selesai menjelaskan, saya pun berkata pada Adan, “Beresin ya.”
Seketika itu juga Adan pergi ke belakang dan datang kembali sudah mengenakan sandal dan membawa sapu juga pengki. Kemudian dengan sangat hati-hati Adan mengumpulkan serpihan-serpihan pajangan yang pecah, menyapunya dan mengumpulkannya di pengki.
Cuma butuh beberapa menit sampai semuanya beres kembali, dan kemudian Adan meminta maaf pada saya sekaligus pamit ke mesjid untuk menyusul Papa dan adiknya yang sudah berangkat duluan.
Alhamdulillah, bisik saya dalam hati. Ternyata Adan sudah paham sekali mengenai tanggungjawab. Adan sama sekali tidak meminta bantuan pada saya atau si mbak asisten rumah tangga untuk membereskan apa yang sudah dipecahkannya barusan.
Siapa berbuat, dia bertanggung jawab.
Well done, Son! So very proud of you