Berkaca dari pengalaman seorang teman yang baru saja kehilangan orangtuanya, saya tertegun lama, lama sekali.
Teman saya ini sudah berkarir cukup lama di bidangnya dan hasilnya pun sudah mulai terlihat. Dia sudah bisa ganti mobil pemberian orangtuanya, dan sudah mulai berencana untuk membelikan rumah baru agar orangtuanya dapat tinggal berdekatan dengan rumahnya yang sekarang.
Bukan itu saja, teman tersebut punya keinginan yang sangat kuat untuk mengajak orangtuanya liburan ke luar negeri.
Tapi semua mimpi tersebut hilang sudah karena orangtua yang paling dicintainya itu dipanggil oleh Tuhan YME.
Rasa sedih, menyesal, pilu, semua campur jadi satu.
Teman saya itu menyesal karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk orangtuanya. Menyesal karena tidak bisa mewujudkan mimpi orangtua untuk jalan-jalan ke luar negeri. Menyesal karena selama ini merasa belum melakukan sesuatu yang berarti untuk orang yang paling mencintainya.
Berkaca dari pengalaman teman tersebut, saya belajar dan makin memahami bahwa saya harus berpacu dengan waktu. Saya harus membahagiakan orangtua saya, saya harus memberikan yang terbaik untuk orangtua saya, sebelum terlambat.
Kita tidak pernah tau sampai kapan kita bisa memeluk orangtua kita, tidak ada yang tau sampai kapan mereka harus menunggu kesuksesan kita, sampai kita dikejutkan oleh kehilangan mereka.
Pesan saya untuk mentemen yang masih memiliki orangtua: bekerjalah lebih keras lagi, lebih cerdas lagi, lebih terorganisir lagi. Raih semua sukses yang bisa kita raih, dan SEGERA bahagiakan orangtua kita, orangtua yang telah bersusah payah membesarkan kita, yang telah berjuang hidup dan mati untuk kita… sebelum semuanya terlambat.
“Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orangtuaku, dan sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah memelihara / mendidikku sewaktu aku kecil.”